Wednesday, May 29, 2013

Asal-usul Nama “Sumatera”

Nama asli Sumatera, sebagaimana tercatat dalam sumber-sumber sejarah dan cerita-cerita rakyat, adalah “Pulau Emas”. Istilah pulau ameh (bahasa Minangkabau, berarti pulau emas) kita jumpai dalam cerita Cindur Mata dari Minangkabau. Dalam cerita rakyat Lampung tercantum nama tanoh mas untuk menyebut pulau Sumatera. Seorang musafir dari Cina yang bernama I-tsing (634-713), yang bertahun-tahun menetap di Sriwijaya (Palembang sekarang) pada abad ke-7, menyebut Sumatera dengan nama chin-chou yang berarti “negeri emas”.

Dalam berbagai prasasti, Sumatera disebut dengan nama Sansekerta: Suwarnadwipa (“pulau emas”) atau Suwarnabhumi (“tanah emas”). Nama-nama ini sudah dipakai dalam naskah-naskah India sebelum Masehi. Naskah Buddha yang termasuk paling tua, Kitab Jataka, menceritakan pelaut-pelaut India menyeberangi Teluk Benggala ke Suwarnabhumi. Dalam cerita Ramayana dikisahkan pencarian Dewi Sinta, istri Rama yang diculik Ravana, sampai ke Suwarnadwipa.

Para musafir Arab menyebut Sumatera dengan nama Serendib (tepatnya: Suwarandib), transliterasi dari nama Suwarnadwipa. Abu Raihan Al-Biruni, ahli geografi Persia yang mengunjungi Sriwijaya tahun 1030, mengatakan bahwa negeri Sriwijaya terletak di pulau Suwarandib. Namun ada juga orang yang mengidentifikasi Serendib dengan Srilangka, yang tidak pernah disebut Suwarnadwipa.

Lalu dari manakah gerangan nama “Sumatera” yang kini umum digunakan baik secara nasional maupun oleh dunia internasional? Ternyata nama Sumatera berasal dari nama Samudera, kerajaan di Aceh pada abad ke-13 dan ke-14. Para musafir Eropa sejak abad ke-15 menggunakan nama kerajaan itu untuk menyebut seluruh pulau.

Peralihan Samudera (nama kerajaan) menjadi Sumatera (nama pulau) menarik untuk ditelusuri. Odorico da Pardenone dalam kisah pelayarannya tahun 1318 menyebutkan bahwa dia berlayar ke timur dari Koromandel, India, selama 20 hari, lalu sampai di kerajaan Sumoltra. Ibnu Bathutah bercerita dalam kitab Rihlah ila l-Masyriq (Pengembaraan ke Timur) bahwa pada tahun 1345 dia singgah di kerajaan Samatrah. Pada abad berikutnya, nama negeri atau kerajaan di Aceh itu diambil alih oleh musafir-musafir lain untuk menyebutkan seluruh pulau.

Pada tahun 1490 Ibnu Majid membuat peta daerah sekitar Samudera Hindia dan di sana tertulis pulau Samatrah. Peta Ibnu Majid ini disalin oleh Roteiro tahun 1498 dan muncullah nama Camatarra. Peta buatan Amerigo Vespucci tahun 1501 mencantumkan nama Samatara, sedangkan peta Masser tahun 1506 memunculkan nama Samatra. Ruy d’Araujo tahun 1510 menyebut pulau itu Camatra, dan Alfonso Albuquerque tahun 1512 menuliskannya Camatora. Antonio Pigafetta tahun 1521 memakai nama yang agak ‘benar’: Somatra. Tetapi sangat banyak catatan musafir lain yang lebih ‘kacau’ menuliskannya: Samoterra, Samotra, Sumotra, bahkan Zamatra dan Zamatora.

Catatan-catatan orang Belanda dan Inggris, sejak Jan Huygen van Linschoten dan Sir Francis Drake abad ke-16, selalu konsisten dalam penulisan Sumatra. Bentuk inilah yang menjadi baku, dan kemudian disesuaikan dengan lidah kita: Sumatera

Meseum Maritim Terkecil Di Inggris

Antusiasme kemaritiman telah mengubah sebuah halaman rumah menjadi museum maritim terkecil. Dia adalah Robert Carter 65 tahun dari plymouth yang mengubah halaman rumahnya menjadi taman impian sejarah maritim. Museum ini hanya selebar 12ft X 6ft, berisi dengan semua benda bersejarah maritim. Robert mengatakan "ini adalah museum terkecil, namun jika ada yang lebih kecil dari ini maka beri tau saya".




Tuesday, May 28, 2013

Lubang Jepang Bukittinggi

Lubang Jepang Bukittinggi adalah salah satu objek wisata sejarah yang ada di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, Indonesia. Lubang Jepang merupakan sebuah terowongan (bunker) perlindungan yang dibangun tentara pendudukan Jepang sekitar tahun 1942 untuk kepentingan pertahanan.

Sebelumnya, Lubang Jepang dibangun sebagai tempat penyimpanan perbekalan dan peralatan perang tentara Jepang, dengan panjang terowongan yang mencapai 1400 m dan berkelok-kelok serta memiliki lebar sekitar 2 meter. Sejumlah ruangan khusus terdapat di terowongan ini, di antaranya adalah ruang pengintaian, ruang penyergapan, penjara, dan gudang senjata.

Selain lokasinya yang strategis di kota yang dahulunya merupakan pusat pemerintahan Sumatera Tengah, tanah yang menjadi dinding terowongan ini merupakan jenis tanah yang jika bercampur air akan semakin kokoh. Bahkan gempa yang mengguncang Sumatera Barat tahun 2009 lalu tidak banyak merusak struktur terowongan.

Diperkirakan puluhan sampai ratusan ribu tenaga kerja paksa atau romusha dikerahkan dari pulau Jawa, Sulawesi dan Kalimantan untuk menggali terowongan ini. Pemilihan tenaga kerja dari luar daerah ini merupakan strategi kolonial Jepang untuk menjaga kerahasiaan megaproyek ini. Tenaga kerja dari Bukittinggi sendiri dikerahkan di antaranya untuk mengerjakan terowongan pertahanan di Bandung dan Pulau Biak.





Sunday, May 26, 2013

Seragam Pramugari Virgin Atlantic Dari Masa ke Masa

Desainer fashion asal Inggris Vivienne Westwood dikabarkan sudah mendesain seragam untuk para pekerja maskapal penerbangan Virgin Atlantic yang sudah tidak diperbarui selama 13 tahun. Dikutip dari Vogue, desain terbarunya akan diluncurkan pada Juli 2013, serta secara resmi digunakan pada tahun 2014. Sementara menunggu gebrakan dari desainer eksentrik tersebut, berikut kilas balik seragam para pramugari Virgin Atlantic dari masa ke masa.





Lima gereja kuno paling tua di Filipina

Filipina adalah satu dari dua negara Katolik di Asia Tenggara. Agama Katolik di Filipina amat merasuk ke dalam kehidupan, berkat kehadiran misionaris Spanyol selama 400 tahun di sana. Agama amat berkaitan dengan kebudayaan lokal. Sepanjang tahun, begitu banyak orang Filipina beribadah di salah satu dari ribuan gereja yang tersebar di seluruh negeri.

Berikut ini adalah lima gereja kuno paling tua di Filipina. (Mike Aquino untuk Yahoo! Southeast Asia)


Gereja San Agustin
Gereja berumur 400 tahun yang terletak di Intramuros, Manila ini adalah salah satu gereja tertua di Filipina. Struktur batuannya berdiri sejak 1607. 


Gereja Paoay di Ilocos Norte, 460 km di utara Manila disangga sebanyak 24 batu karang sehingga membuatnya tahan gempa


Gereja Binondo
Gereja ini didirikan di Orde Dominican tahun 1596 untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Katolik Cina. Pada 1762, gereja ini hancur oleh Inggris. Pada 1863, oleh gempa bumi. Dan pada 1944, gereja ini hancur lagi oleh bom yang dijatuhkan Amerika.

Santo NiƱo Basilica
Bangunan Basilica berdiri sejak 1740, dengan struktur berbahan batu karang dan kayu. Terdapat museum di dalam gereja yang menyimpan peninggalan sejarah Kristen di Cebu


Gereja Baclayon
Bohol adalah salah satu provinsi paling taat di Filipina, yang terbukti dari banyaknya gereja di pulau ini. Gereja Baclayon adalah yang tercantik. Gereja ini berdinding batu karang, dibangun tahun 1717 dengan pemandangan laut.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...